Jumongkas Hutagaol: Mari Dukung Modernisasi Transportasi Massal di Medan

modernisasi transportasi di Medan

topmetro.news – Jumongkas Hutagaol mengajak semua pihak untuk mendukung modernisasi transportasi di Medan. Hal ini disampaikannya kepada media, Minggu (20/2/2022), menyikapi perkembangan transportasi massal di Kota Medan, termasuk rencana pengadaan ratusan ‘feeder’ (armada pengumpan) untuk BTS mau pun BRT di Medan.

“Saat ini Kota Medan sedang menuju memasyarakatkan moda transportasi massal yang modern. Di mana salah satunya adalah, bus massal terintegrasi dengan angkutan pengumpan (feeder). Selain itu, dengan tetap berbasiskan, bahwa penumpang adalah pembeli pelayanan (buy the service), maka kenyamanan menjadi hal utama dalam dunia transportasi modern,” katanya.

Artinya, lanjut Direktur Utama PT Medan Bus Transport sebagai pengelola Trans Metro Deli ini, bahwa saat ini, penyedia transportasi dituntut untuk mempersiapkan armada yang nyaman. Mulai dari kondisi kendaraan yang memenuhi standar, hingga ‘driver’ yang punya ‘atitude’ bagus.

“Dan kebetulan saat ini ada rencana pengadaan 400-an ‘feeder’ untuk mendukung bus massal yang sudah beroperasi saat ini. Maka di sinilah kesempatan para pelaku transportasi di Kota Medan untuk ikut terlibat dalam pengelolaannya. Tentunya dengan memenuhi segala persyaratan sebagaimana ketentuan yang ada,” urainya.

“Peluang di sana lumayan besar. Dengan rencana 400-an ‘feeder’ dan masing-masing armada menggunakan dua ‘driver’, maka setidaknya ada 800-an peluang posisi ‘driver’. Persoalannya, bagaimana kita bisa mengisi itu, kalau sudah duluan berantipati dengan perkembangan saat ini,” katanya.

Jumongkas mengingatkan, bahwa perkembangan saat ini, termasuk dalam dunia transportasi umum, tidak bisa dihempang. “Derasnya arus modernisasi sekarang memang sebaknya kita ikuti, sepanjang positif. Dan modernisasi transportasi massal, menurut saya, adalah hal positif. Ini terlihat dari antusias masyarakat yang sangat mendukung. Sehingga kalau kita berusaha menghempang, kita yang malah tergilas, lalu ketinggalan,” katanya.

Ia pun mencontohkan kota-kota lain, di mana warga dan pelaku transportasinya sama-sama ikun mendukung, sehingga akhirnya mereka maju bersama-sama. “Saat ini ada 10 kota besar di Indonesia yang ikut program modernisasi transportasi massal ini. Jangan pula Kota Medan tertinggal dari kota lain,” imbuhnya.

Sehingga, lanjutnya, daripada sibuk mengeluh dan berunjukrasa, sebaiknya semua pihak mempersiapkan diri agar bisa ikut terlibat. “Yang saya tahu, program pengembangan transportasi itu terbuka untuk umum atau siapa saja yang ingin ikut terlibat dalam pengeloaannya. Tapi sebagaimana saya katakan di atas, mari kita sama-sama berbenah lebih dulu, supaya perusahaan kita masing-masing bisa memenuhi kualifikasi,” katanya.

Kualifikasi Driver

Pada kesempatan itu, Jumongkas juga menyoroti peran Organda Medan dan Kesper (Kesatuan Supit dan Pemilik Kendaraan). Menurutnya, kedua organisasi ini sebaiknya lebih berperan aktif mengajak semua pelaku transportasi menuju perbaikan.

“Salah satunya adalah masalah supir. Kita tahu, bahwa (driver) supir adalah ujung tombak dalam dunia transportasi. Sebaik apa pun manajemen, akan sia-sia kalau tidak memiliki ‘driver’ yang mumpuni. Oleh karena itu menurut saya, di sinilah peran Organda Medan dan Kesper. Bagaimana supaya ikut berperan aktif mempersiapkan para driver yang memenuhi kualifikasi,” katanya.

Kata Jumongkas, Kemenhub RI tentunya punya persyaratan-persyaratan soal apa dan bagaimana seorang ‘driver’ bisa bergabung. Dan seperti itulah yang berlaku di Trans Metro Deli. Di mana rekrutmen ‘driver’ di Trans Metro Deli sangat ketat. Para calon ‘driver’ harus melalui berbagai persyaratan dan test, bahkan melibatkan psikolog.

Sehingga Jumongkas ragu, dengan kondisi supir angkot seperti saat ini, maka tidak bisa serta-merta ikut rekrutmen. Apalagi dengan persyaratan dan SOP dari Kemenhub RI. Para supir itu masih butuh pelatihan dan pembinaan.

“Maka peran Organda dan Kesper adalah, supaya bisa melakukan pembinaan terhadap para supir yang ada sekarang. Sehingga memenuhi persyaratan untuk bisa ikut rekrutmen. Organda dan Kesper harus mengenali persyaratan jadi ‘driver’. Kemudian membina para supir untuk memenuhi persyaratan tadi,” katanya.

Selain pembinaan, Organda dan Kesper tentunya juga harus memperhatikan keterlibatan supir angkot dengan narkoba. “Dalam hal ini saya kok sepertinya belum mendengar suara Organda Medan dan Kesper mendesak agar razia tetap intens. Mestinya kita semua mendukung soal penertiban supir angkot. Bukan malah mencari-mencari pembenaran soal kenapa supir angkot ugal-ugalan,” tutupnya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment